Dimanakah Suara Kami Akan Bermuara Kini??
Wahai
anggota dewan yang bijaksana..
Akankah
suara kami Engkau dengar?
Akankah
jeritan kami Engkau hiraukan?
Akankah
demokrasi kami Engkau sambut?
Wahai
pejabat-pejabat Kebon Sirih dan Senayan..
Mengapa
Engkau rayu kami tuk memilihmu?
Mengapa
Engkau tipu dayakan kami tuk memihakmu?
Mengapa
Engkau cuci otak kami tuk mendukungmu?
Dengan
segala syair-syair kampanyemu yang meyakinkan
Dengan
segala janjimu yang begitu manis layaknya madu sang lebah
Dengan
segala kedermawananmu tuk memprioritaskan rakyat
Dengan
segala sumpah setiamu akan pengabdian kepada Tanah Air
Kami
memilihmu
Kami
berpihak padamu
Kami
mendukungmu
Kami
jembatani Engkau tuk jadi perwakilan kami di singgasana pemerintah
Iya,
kami percaya padamu..
Waktu
trus bergerak
Hingga
tiba saatnya Engkau menunjukkan pengabdianmu pada ibu pertiwi
Namun
inilah..
Bukti
nyata ketidaklayakanmu menjadi perwakilan kami
RUU
Pilkada
Bukti
nyata bahwa Engkau hanya memanfaatkan kami demi kepentingan golonganmu
Bukti
nyata bahwa Engkau ingin menusuk kami secara perlahan
Menusuk
kami dengan mengambil suara kami
Menusuk
kami dengan membungkam aspirasi kami
Sungguh
politik yang kejam nan egois
Ohh
sungguh betapa malangnya nasib kami
Menjadi
kaum minoritas
Menjadi
kaum yang teracuhkan
Menjadi
kaum yang tuna wicara
Takdir
tlah berbicara
Tersahkanlah
UU PIlkada oleh Ibu Popong
Yang
membuat kami begitu larut dalam kekecewaan
Begitu
larut dalam kesunyian demokrasi di tanah sendiri
Kami
sebagai insan minoritas
Kini
hanya bisa menggigit jari
Akan
ketidakberdayaan kami menentang
Hingga
akhirnya harus kembali lagi pada rezim orde baru Soeharto
Satu
pertanyaan terbesit di benak kami
Jawablah!
Wahai
perwakilan kami..
Dimanakah
suara kami akan bermuara kini?
No comments:
Post a Comment