Eksistensi Buku
di Kalangan Mahasiswa
Buku
sejatinya merupakan “The source of Knowledge”. Iya, buku merupakan pusat dari
segala ilmu di muka bumi ini. Buku merupakan sebuah asset dari ilmu dan
pembelajaran hidup. Buku merupakan reproduksi ilmu pengetahuan. Buku layaknya
sebuah berlian yang sangat bernilai harganya. Mulai dari usia belia hingga usia
yang mencapai tingkat kepala lima, semua jenjang usia tersebut pasti mempunyai
koleksi buku yang mereka suka. Usia balita contohnya pada masa-masa itu mereka
pasti menyukai buku yang berbau buku dongeng dan cerita rakyat. Lalu disusul
pada zaman anak-anak yang beseragam putih merah tentu saja sebagian dari mereka
menyukai buku-buku yang berbau cerita jenaka dan komik-komik bergambar seperti
komik Doraemon. Dan hingga tiba masanya berseragam putih biru yang lebih
menyukai buku-buku pengetahuan dan biografi tokoh-tokoh ternama. Hingga akhirnya mereka beranjak
remaja berseragamkan putih abu-abu tentu saja menyukai novel romance. Juga para
mahasiswa yang memerlukan beranekaragam buku.
Berbicara
mengenai mahasiswa, sejatinya seorang mahasiswa memiliki tugas utama sebagai
“agent of change” bangsa ini. Memiliki peranan yang penting dalam membangun
bangsa sudah sepantasnya mereka harus memiliki landasan ilmu yang kokoh. Hal
itu dapat dicapai dengan kebudayaan membaca sebuah buku. Seorang mahasiswa
harus memiliki wawasan yang luas sehingga memiliki pemikiran yang kritis dalam
menghadapi permasalahan bangsa Indonesia. Sebagai kaum intelektual, sudah
selayaknya jika kaum mahasiswa memiliki ketertarikan pada buku. Ketertarikan
pada membaca buku hingga pada titik klimaks ketertarikan untuk menciptakan
karya dengan menulis buku.
Buku
bagaikan sahabat bagi para mahasiswa karena sangat bermanfaat. Buku ialah
gudang ilmu. Di dunia kampus masa kini, buku menjadi sebuah pijakan dalam
pengerjaan tugas-tugas kuliah serta dalam proses perkuliahan itu sendiri. Namun
sangat disayangkan, karena hanya sebagian kecil mahasiswa saja yang mengerti
makna penting dari sebuah buku.
Terlebih
lagi, memasuki era globalisasi masa kini dimana internet mulai menjarah
peradaban manusia hingga akhirnya membuat para mahasiswa melupakan buku dan
berpindah haluan pada internet. Saya akui, internet memang memudahkan kita
dalam mencari informasi-informasi yang kita perlukan. Tetapi, hal ini bukan
berarti internet bisa menggantikan fungsi dasar sebuah buku.
Maraknya
penyalahgunaan internet di kalangan mahasiswa sangat memprihatinkan. Banyak
mahasiswa yang menggunakan jalan pintas dengan mengcopy paste tugas dari
sumber-sumber intenet. Hal ini seharusnya tidak mungkin terjadi apabila mereka
memiliki referensi dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah. Nah referensi itu dapat
digali pada buku-buku yang mereka miliki maupun buku-buku yang terdapat di
perpustakaan kampus maupun perpustakaan negara.
Di
sisi lain, alhamdulillah masih banyak kalangan kaum intelektual yang menjaga peradaban buku pada era masa
kini. Mereka menyukai buku-buku dan menjadikan buku sebagai sahabat mereka
dalam referensi pengerjaan tugas dan bahkan mereka mengkoleksi buku-buku di
rumah mereka. Koleksi buku mulai dari buku filsafat, keagamaan, ekonomi hingga
buku-buku yang beraliran novel romantis.
Wahai
kawan-kawan seperjuanganku di bangku perkuliahan, bagaimana dengan Anda? Apakah
Anda masuk ke dalam tipe pertama yang memiliki kecendrungan cinta pada internet
dan oposisi pada buku atau masuk ke dalam tipe kedua yang menjaga kelestarian
budaya membaca buku? Sungguh naïf apabila kita semua mengatakan bahwa kita
adalah kaum intelektual padahal kita tidak memiliki satupun buku di lemari
belajar kita. Tengoklah sejenak lemari buku di rumah kita dan ambilah satu buku
kemudian bacalah. Karena dengan membaca akan membuat kita keluar dari belenggu
kebodohan.
No comments:
Post a Comment