Selayang Pandang Universitas Negeri
Jakarta
Oleh : Siska Rahmiati
Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terdapat di
jantung Indonesia, Ibukota Provinsi DKI Jakarta. Tempat saya menapaki
perjalanan pendidikan lanjutan seusai menamatkan diri dari bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA) tahun lalu. UNJ menuai lembaran baru dalam kehidupan saya
dimulai dengan Masa Perkenalan Akademik tahun 2014 silam. Banyak kisah menarik
yang dapat ditelisik lebih dalam mengenai kampus yang mahsyur akan pendidikan
dan pergerakan mahasiswanya ini juga fakultas tercinta saya, Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Jakarta (FE UNJ).
FE UNJ kini telah genap
memasuki satu dekade dies natalisnya. Suka duka fakultas ini menjadi sebuah melodi
kehidupan salah seorang karyawan FE UNJ, Bapak Sukanta yang berdomisili di wilayah
Bekasi. Bapak Sukanta yang akrab disapa Pak Kanta ini telah mengabdikan diri
selama tiga tahun lebih merawat Gedung N Fakultas Ekonomi. Berkat sosok yang
berusia 40 tahun inilah proses pembelajaran di FE UNJ berjalan dengan lancar walau
terkadang tak sedikit rintangan yang datang. Beliaulah yang memastikan agar
Gedung N terjaga kebersihan dan kenyamanan ruang kelasnya. Beliau pula yang
memegang kunci gedung mungil tempat perkuliahan bagi mahasiswa ekonomi
berlangsung. Bekerja dengan ikhlas dan pantang mengeluh, pelajaran itulah yang
dapat saya petik pada sabtu siang (9/5/15) usai mewawancarai Pak Kanta dalam
rangka pemenuhan tugas public hearing Pelatihan Advokasi Mahasiswa.
Terkait isu-isu yang beredar
di seputar kampus, Pak Kanta mengakui bahwa beliau lebih menitikberatkan pada
isu yang terdapat di Fakultas Ekonomi. Pasalnya beliau menjabarkan mengenai
kasus yang menimpa mahasiswa Fakultas Ekonomi beberapa waktu lalu tentang
hipnotis dan penipuan seminar di Bali yang mengatasnamakan FE UNJ. Dalam kasus
itu, seseorang yang kita asumsikan saja X menelepon beberapa mahasiswa dan
alumni FE UNJ bahwa akan terselenggaranya seminar di Bali dengan HTM yang cukup
menguras kantong. Para korban yang mengangkat telepon tersebut dapat dengan
mudah percaya pada X layaknya tengah terhipnotis dan kemudian mentransfer
sejumlah uang ke rekening yang X sebutkan. Esok harinya para mahasiswa yang
sudah siap untuk berangkat ke Bali ini tersadar ketika para dosen dan bagian
kemahasiswaan FE menyatakan tidak ada seminar apapun yang FE UNJ selenggarakan
di Bali. Begitulah kiranya cuplikan kasus yang Pak Kanta paparkan kepada saya.
Keluh kesah Pak Kanta selama
bekerja di FE UNJ pun beliau ungkapkan kepada saya bahwa masih minimnya kesadaran
Mahasiswa FE UNJ dalam hal menjaga kebersihan di lingkungan kampus. Beliau berharap
kedepannya FE UNJ semakin baik dalam hal kebersihan lingkungan, fasilitas
pembelajaran juga kualitas pengajaran di kelas.
Memasuki senja di
Universitas Negeri Jakarta pada Sabtu kemarin, saya melanjutkan petualangan
mencari sosok yang bersedia saya telusuri lebih dalam mengenai UNJ. Dan langkah
kaki saya terhenti di depan UPT Perpustakaan Kampus A UNJ. Beranjak menaiki tangga
menuju lantai 2, saya pun memberanikan diri menanyai seorang pustakawan yang
telah bekerja di UPT Perpustakaan kisaran kurang dari 1 tahun lamanya, Bapak
Hermawan W. Pria berusia 28 tahun ini mengaku salut terhadap UNJ. Pasalnya semenjak
Pak Hermawan bergabung bersama UNJ, beliau melihat banyak kemajuan yang terjadi
di lingkungan kampus. Mulai dari kebersihan kampus hingga tata letak
gedung-gedung yang terdapat di UNJ itu sendiri. Pada UPT Perpustakaan pun
terlihat sekali kemajuan yang berarti dan pembaharuan fasilitas mulai dari tas
hijau perpus yang diperuntukan bagi mahasiswa UNJ yang mengunjungi UPT
Perpustakaan. Tas ini telah ada sejak 6 bulan yang lalu. Dilanjut lagi dengan
adanya loker-loker yang menunjang keamanan tas pengunjung. Dan apabila melihat
keluar UPT terdapat tulisan bergerak atau bahasa trendnya walking text yang isinya mengucapkan selamat datang kepada para
pengunjung UPT Perpustakaan.
Keluh kesah bekerja sebagai
pustakawan tentunya berkaitan dengan buku. Iya, masih banyak mahasiswa yang
mengembalikan buku pinjaman tidak sesuai dengan tenggat waktunya alias telat. Pak
Hermawan pun berharap agar kedepannya Mahasiswa UNJ mengerti akan arti tepat
waktu dalam pengembalian buku pinjaman dan menghargai dengan benar setiap buku
yang dipinjam dengan cara tidak mencoret-coret isi buku, tidak membuat buku
tersebut sobek dan berupaya menjaga kerapihan buku. Dan harapan untuk UNJ
kedepannya semakin baik dalam hal manajemen, kebersihan serta kepegawaian di
UNJ. Terkait isu dalam kampus, Pak Hermawan hanya mendengar sekilas saja tidak
mengetahui lebih dalam sehingga enggan untuk berkomentar pada perbincangan yang
kami lakukan.
Setelah puas dengan kedua
narasumber tersebut, saya pun melangkahkan kaki menuju belakang UNJ. Berniat untuk
pulang, tetapi niat itu saya urungkan tatkala melihat para petugas parkir yang
bekerja maupun yang sedang beristirahat. Teringat akan isu parkiran UNJ, saya
memberanikan diri masuk ke sebuah ruang kecil yang merupakan tempat para
petugas parkir ini beristirahat sejenak. Beruntung sekali ketika saya bertemu
dengan leader parkiran UNJ, Bapak Hendra Irama yang bertempat tinggal di daerah
Penggilingan. Dengan antusiasme beliaupun mengutarakan seputar UNJ dan kesan
pesan beliau akan UNJ. Perbincangan kami pun diakhiri dengan isu terkait UNJ
yang Pak Hendra ketahui. Senada dengan Pak Hermawan yakni mengenai tindak
asusila dosen FIS terhadap salah seorang mahasiswi UNJ dan aksi yang
berlangsung beberapa silam lalu di depan Gedung Rektorat UNJ.
Hanya itu saja yang dapat
saya telisik mengenai selayang pandang Universitas Negeri Jakarta, public
hearing dari berbagai profesi yang terdapat di Kampus UNJ. Sekian dan terima
kasih kepada panitia Pelatihan Advokasi Mahasiswa (PAM) dan juga pihak-pihak
terkait.
Siska Rahmiati
8105142659
Kelompok 10
Jurusan Ekonomi &
Administrasi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri
Jakarta