Monday, May 11, 2015

Tugas PAM 1 (Public Hearing Berbagai Profesi di UNJ)


Selayang Pandang Universitas Negeri Jakarta
Oleh : Siska Rahmiati

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terdapat di jantung Indonesia, Ibukota Provinsi DKI Jakarta. Tempat saya menapaki perjalanan pendidikan lanjutan seusai menamatkan diri dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun lalu. UNJ menuai lembaran baru dalam kehidupan saya dimulai dengan Masa Perkenalan Akademik tahun 2014 silam. Banyak kisah menarik yang dapat ditelisik lebih dalam mengenai kampus yang mahsyur akan pendidikan dan pergerakan mahasiswanya ini juga fakultas tercinta saya, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (FE UNJ).
FE UNJ kini telah genap memasuki satu dekade dies natalisnya. Suka duka fakultas ini menjadi sebuah melodi kehidupan salah seorang karyawan FE UNJ, Bapak Sukanta yang berdomisili di wilayah Bekasi. Bapak Sukanta yang akrab disapa Pak Kanta ini telah mengabdikan diri selama tiga tahun lebih merawat Gedung N Fakultas Ekonomi. Berkat sosok yang berusia 40 tahun inilah proses pembelajaran di FE UNJ berjalan dengan lancar walau terkadang tak sedikit rintangan yang datang. Beliaulah yang memastikan agar Gedung N terjaga kebersihan dan kenyamanan ruang kelasnya. Beliau pula yang memegang kunci gedung mungil tempat perkuliahan bagi mahasiswa ekonomi berlangsung. Bekerja dengan ikhlas dan pantang mengeluh, pelajaran itulah yang dapat saya petik pada sabtu siang (9/5/15) usai mewawancarai Pak Kanta dalam rangka pemenuhan tugas public hearing Pelatihan Advokasi Mahasiswa.
Terkait isu-isu yang beredar di seputar kampus, Pak Kanta mengakui bahwa beliau lebih menitikberatkan pada isu yang terdapat di Fakultas Ekonomi. Pasalnya beliau menjabarkan mengenai kasus yang menimpa mahasiswa Fakultas Ekonomi beberapa waktu lalu tentang hipnotis dan penipuan seminar di Bali yang mengatasnamakan FE UNJ. Dalam kasus itu, seseorang yang kita asumsikan saja X menelepon beberapa mahasiswa dan alumni FE UNJ bahwa akan terselenggaranya seminar di Bali dengan HTM yang cukup menguras kantong. Para korban yang mengangkat telepon tersebut dapat dengan mudah percaya pada X layaknya tengah terhipnotis dan kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening yang X sebutkan. Esok harinya para mahasiswa yang sudah siap untuk berangkat ke Bali ini tersadar ketika para dosen dan bagian kemahasiswaan FE menyatakan tidak ada seminar apapun yang FE UNJ selenggarakan di Bali. Begitulah kiranya cuplikan kasus yang Pak Kanta paparkan kepada saya.
Keluh kesah Pak Kanta selama bekerja di FE UNJ pun beliau ungkapkan kepada saya bahwa masih minimnya kesadaran Mahasiswa FE UNJ dalam hal menjaga kebersihan di lingkungan kampus. Beliau berharap kedepannya FE UNJ semakin baik dalam hal kebersihan lingkungan, fasilitas pembelajaran juga kualitas pengajaran di kelas.
Memasuki senja di Universitas Negeri Jakarta pada Sabtu kemarin, saya melanjutkan petualangan mencari sosok yang bersedia saya telusuri lebih dalam mengenai UNJ. Dan langkah kaki saya terhenti di depan UPT Perpustakaan Kampus A UNJ. Beranjak menaiki tangga menuju lantai 2, saya pun memberanikan diri menanyai seorang pustakawan yang telah bekerja di UPT Perpustakaan kisaran kurang dari 1 tahun lamanya, Bapak Hermawan W. Pria berusia 28 tahun ini mengaku salut terhadap UNJ. Pasalnya semenjak Pak Hermawan bergabung bersama UNJ, beliau melihat banyak kemajuan yang terjadi di lingkungan kampus. Mulai dari kebersihan kampus hingga tata letak gedung-gedung yang terdapat di UNJ itu sendiri. Pada UPT Perpustakaan pun terlihat sekali kemajuan yang berarti dan pembaharuan fasilitas mulai dari tas hijau perpus yang diperuntukan bagi mahasiswa UNJ yang mengunjungi UPT Perpustakaan. Tas ini telah ada sejak 6 bulan yang lalu. Dilanjut lagi dengan adanya loker-loker yang menunjang keamanan tas pengunjung. Dan apabila melihat keluar UPT terdapat tulisan bergerak atau bahasa trendnya walking text yang isinya mengucapkan selamat datang kepada para pengunjung UPT Perpustakaan.
Keluh kesah bekerja sebagai pustakawan tentunya berkaitan dengan buku. Iya, masih banyak mahasiswa yang mengembalikan buku pinjaman tidak sesuai dengan tenggat waktunya alias telat. Pak Hermawan pun berharap agar kedepannya Mahasiswa UNJ mengerti akan arti tepat waktu dalam pengembalian buku pinjaman dan menghargai dengan benar setiap buku yang dipinjam dengan cara tidak mencoret-coret isi buku, tidak membuat buku tersebut sobek dan berupaya menjaga kerapihan buku. Dan harapan untuk UNJ kedepannya semakin baik dalam hal manajemen, kebersihan serta kepegawaian di UNJ. Terkait isu dalam kampus, Pak Hermawan hanya mendengar sekilas saja tidak mengetahui lebih dalam sehingga enggan untuk berkomentar pada perbincangan yang kami lakukan.
Setelah puas dengan kedua narasumber tersebut, saya pun melangkahkan kaki menuju belakang UNJ. Berniat untuk pulang, tetapi niat itu saya urungkan tatkala melihat para petugas parkir yang bekerja maupun yang sedang beristirahat. Teringat akan isu parkiran UNJ, saya memberanikan diri masuk ke sebuah ruang kecil yang merupakan tempat para petugas parkir ini beristirahat sejenak. Beruntung sekali ketika saya bertemu dengan leader parkiran UNJ, Bapak Hendra Irama yang bertempat tinggal di daerah Penggilingan. Dengan antusiasme beliaupun mengutarakan seputar UNJ dan kesan pesan beliau akan UNJ. Perbincangan kami pun diakhiri dengan isu terkait UNJ yang Pak Hendra ketahui. Senada dengan Pak Hermawan yakni mengenai tindak asusila dosen FIS terhadap salah seorang mahasiswi UNJ dan aksi yang berlangsung beberapa silam lalu di depan Gedung Rektorat UNJ.
Hanya itu saja yang dapat saya telisik mengenai selayang pandang Universitas Negeri Jakarta, public hearing dari berbagai profesi yang terdapat di Kampus UNJ. Sekian dan terima kasih kepada panitia Pelatihan Advokasi Mahasiswa (PAM) dan juga pihak-pihak terkait.

Siska Rahmiati
8105142659
Kelompok 10
Jurusan Ekonomi & Administrasi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta